literature

CR-Awal Cerita Garuda

Deviation Actions

Xceith's avatar
By
Published:
815 Views

Literature Text

Ksatria Pancasila Garu
Vol. 1


Prolog
"Hah..Hah..Hah.. Khuh! Bangke! Kuharap ini mimpi!", pikiranku terbuang sebagian. Aku terus berlari dari kejaran para pahlawan negara yang ironis. Aku tidak mau identitasku buruk karena kesalahpahaman.
…kau menyesal? Kau merupakan yang terpilih. Kau sendiri yang mengatakan ingin merubah keadaan negaramu yang ironis…
"Siapa kau?! Kau berbisik tanpa henti dari tadi dan apa arti semua ini?!" Ini gila! Apa Aku kerasukan jin prasasti itu? Cih! Kuliat tubuhku. Bagian perut bawahkuku penuh dengan ukiran menyerupai pesan prasasti dan seharusnya Aku sudah mati.
…Aku.. adalah para leluhurmu.. sesama yang terpilih, Sang Ksatria Pancasila. Hanya yang memiliki darah turunan Garuda yang memilikinya.
1. Awal Yang Menarik

Senin, hari yang cerah, angin yang sejuk, awan berbaris dengan rapih, semua menghiasi alam yang ada di sekitar ini. Sayangnya, hanya sedikit yang menyadari ini. Yosh, seperti biasa aku harus menjalani rutinitas ini yang bisa dibilang kewajiban (yang membosankan).
Melewati jalan yang sama, bertemu kembali dengan orang yang sama, dsb. Ini masih di rumahku. Aku melihat ayahku tetap sibuk bekerja dengan benda mati yang (katanya) berharga. Kesibukannya semakin menjadi di bulan ini. Entah apa yang telah merasukinya. Ya, sebagai peneliti arkeolog yang (kelewat) rajin. Akhir-akhir ini memang menjadi momen paling penting (baginya). Seluruh peneliti dunia berkumpul untuk meneliti suatu artefak yang bisa dibilang sangat langka dan baru ditemukan kira-kira 2 bulan lalu. Ayahku mengambil bagiannya yang berbentuk nyaris segi tujuh itu.
"Yah, bagaimana dengan penelitiannya akhir-akhir ini?", aku mencoba berbasa –basi dengannya.
"Tidak buruk tapi belum beruntung. Selama ini belum ada huruf yang seperti ini. Sanskerta pun bukan. Kira-kira apa maksudnya dengan huruf yang menyerupai kaligrafi ini?", kepalanya melipat-lipat untuk memadatkan pikirannya.
Aku mendekat karena penasaran, segitukah sulitnya?
"Hmph… satu…tujuh..nol..delapan…satu…sembilan…empat…lima… hanya seorang berdarah Ksatria Garuda yang dapat menjembatani Cahaya dan Kegelapan…. Yang memegang teguh Bhinneka Tunggal Ika.. Kedamaian dan Kehancuran berada di tangannya…", hei, kenapa aku bisa membacanya? Arrgh.. ini mudah sekali rasanya.
"Hmph?! Kamu bisa membacanya?", Ayahku jadi terkejut. Ya, dan matanya berbinar penuh harapan seperti anak kecil yang baru dibelikan mainan.
"Hmph? Nggak.. Aku hanya pura-pura bisa. Mana ada Aku bisa membacanya. Belajar Sejarah dan sejenisnya saja Aku sangat malas. Ya sudah, Aku mau berangkat."
"Jangan lupa sarapan dulu sana. Hah, Ayah kira Kamu bisa baca."
Segitu pentingkah pekerjaanmu dari pada diriku? Hah.. menyebalkan.
Kuambil roti bakar yang telah dibuatkan oleh ibuku. Dia pun sama sibuknya. Sibuk mengurus kedua adikku yang manis (dan MANJA). Sudah bertahun-tahun aku berkorban tanpa dilirik dalam. Tapi sudahlah.. Aku mau berangkat. Berangkat ke tempat yang pasti dikunjungi banyak remaja. Yap, benar sekali, SEKOLAH.
*******
Hup! Kutangkap sehelai daun yang terbang menari di atas kepalaku. Angin yang meniup menggoda sang rambut hijau. Biasanya, ini akan jadi momen kesempatan bagi laki-laki karena bisa melihat beterbangannya rok para gadis. Yah, Aku tak begitu tertarik tapi bukan berarti aku homo. Entah kenapa Aku memang tidak tertarik dengan kegiatan remaja kayak begituan. Mungkin, Aku terlalu berbeda dengan mereka. Kuliat jam tanganku yang sama-sama aneh, jam sekaligus alat komunikasi. Ini sempat membuat teman-temanku melongok kebingungan. Hah…. Segitunya ya?
"Hei! Menyendiri terus nih. Nggak bosan apa? Bagaimana kabarmu pagi ini,
Garuda?", seseorang menyambarku. Ya, teman sebangku yang (sekali lagi kelewat) ceria.
"Biasa saja. Dari kelas X juga Aku begini."
"Bergaullah sedikit-sedikit… seperti mereka yang senang-senang di sana.", mukanya yang penuh warna mencoba menarik garis warna mukaku.
"Ya sudahlah.. Aku tetap remaja ini yang belajar dan bersekolah seperti kalian kan? Ayo, bentar lagi pelajaran kelas akan dimulai.", Ak berusaha menarik dirinya ke dalam sugestiku.
"Kerajinan kamu ini.. Aku mau main dulu ya? Duluan aja..", langkah pergi meninggalkanku.
Bahkan teman sebangkuku pun pergi tanpa beban.. ya…. Enjoy ajalah.. This is my life..
******
..Krrrinnggg..!!!! Bel bunyi berdentang mengagetkan sebagian temanku yang latah dan nggak kuat dengan suara seperti itu. Ya.. Waktunya pulang dan aku senang kembali menjalani hobiku menikmati alam yang sejuk dan tidur. Tapi.. Aku mencoba jalan-jalan sebentar, mungkin ada yang menarik pikirku.
Di perjalanan tengah kota, pandanganku tertarik dengan suatu keramaian yang kecil. Kutatap dalam-dalam ternyata banyak orang sedang menonton berita tentang…. Bentar! Itu….!
"Pemirsa! Kami dari TV Indonesia menayangkan tragedi yang baru terjadi beberapa waktu ini. Laboratorium Penelitian Artefak yan---… Bzzt.. Ha.---Bzzt.. 1..2..Bzzt… Uwarrgh!!!", sepertinya ada yang tidak beres. Semua orang yang menonton rusuh dan penuh asumsi dengan apa yang terjadi.
Cih… Aku bergegas ke rumah karena khawatir. Ya, aku tahu. Itu pasti tempat penelitian ayahku. Apakah ayah langsung berangkat karena khawatir dengan tempat kesayangannya itu? Jangan sampai ini membuatnya melakukan hal yang konyol!

2. Aku Tidak Terima

…Dakk!!!.. Kuterjang pintu rumahku. Kepala ibuku langsung menerkam ke arahku. Sepertinya akan keluar kata-kata 'sayang' bagiku. Aku tak peduli. Cukup kubalas dengan anggukan minta maaf padanya.
"Ibu, di mana ayah sekarang?", perasaanku campur aduk dengan gelisah dan harus tenang.
"Katanya ada urusan penting tentang pekerjaannya dan nggak biasanya buru-buru sampai tertinggal barangnya.", matanya tertuju pada benda berbentuk segi tujuh itu.
"OK.. Aku mau mengantar benda itu pada ayah." Bergegas kuterkam benda mati kesayangan ayahku itu dan kusimpan di kantong rahasiaku.
"Hati-hati, nak. Bila sudah selesai mengantarnya cepatlah pulang."

"Baik.."
Entahlah, perasaanku bercampur aduk hari ini. Setelah keluar dari tempat membesarnya diriku Aku langsung mencari-cari sesuatu yang penting untuk bisa ke sana. Ya, Sepeda! Alat transportasi paling efektif bagiku, tanpa bahan bakar, bisa dibawa ke mana-mana, dan kebetulan ini sepeda gunung. Tanpa basa basi Aku langsung mengayuhnya sekuat tenaga. Ayah.. Kau benar-benar menyusahkan!!!

*******

..Ckkiit!!.. Brrak!!.. Kulempar sepedaku setelah sampai di depan gerbang kantor ayahku ini. Ini…… pemandangan yang kurasa seperti kota mati dengan manusia-manusia yang tidur tanpa ketenangan. Terliat Aku menikmati pemandangan ini tapi tidak dalam hatiku. Selangkah demi selangkah aku melewati satu per satu manusia yang sepertinya tak lagi bernyawa. Badan keamanan pun tak bisa menghentikannya? Siapa yang melakukannya?
..Grrep!!.. Kakiku terasa dililit sesuatu. Kulihat ke bawah ada seuntai tangan yang menahan bobotku. Mataku meraba dari mana seumber tangan itu. Terbakar dan terbelah sebagian tetapi masih ada pergerakan dalam dirinya.
"Sia--..pa… k..kau.--?", suaranya meronta berbisik. Sepertinya ada kerobekan di tenggorakannya.
"….", Aku diam seolah mengisyaratkan 'aku adalah benda mati'.
"K….ka..kau..—le--..bih.. baik--- jangan ke da..--", dirinya tergeletak seketika. Ya, pasti di dalam ada suatu hal yang tabu. Tak ada waktu lagi. Aku pun berlari cepat memasuki gedung besar yang eksotis.
Remang-remang, lampu neon bergelantungan sambil bernyanyi, suara yang melilit telinga dan cipratan hujan listrik. Aku masih ingat 1 bulan lalu ayahku mengajakku ke sini. Dia banyak bercerita dan menginginkan diriku menjadi seorang peneliti sepertinya tetapi aku tidak mau. Aku ingin menjadi diriku sendiri tanpa sesuatu yang memaksa. Ruangan B5-145, ruangan pusat penelitian dan aku masih ingat kode memasukinya. Ya, itu dia! Ta--..pi.. terbuka dengan gamblang? Kondisinya pun seperti didobrak banteng, sedikit terbakar, dan penuh lecet. Ada sesuatukah?
Berjalan selangkah per detik. Badanku bergetar seperti ada kereta api yang lewat dalam sekujur tubuhku. Takutkah? Tidak! Aku sudah terbiasa dengan keadaan begini di masa remaja awalku. Terliat semakin jelas. Ada sesuatu yang bergerak. Kusipitkan mataku, itu… Ayah! Belum satu langkah kuinjakkan. Sebersit benda melayang padaku. Wussh..! Leherku teriris 1 cm.
Apa tadi? Kulirik pelan ke arah sumbernya. Di depanku.. tepat di depanku. Jubah hitam menutupinya. Dia melangkah mendekat ke arahku. Seberkas cahaya menyibak sebagian mukanya yang bergigi taring.
"Hei,nak! Kau datang juga ya?", senyumannya penuh kepuasan atas kedatanganku. Tangannya perlahan menangkap tudungnya. Dengan sekuat tenaga menyibak membuka jati dirinya. Dan…. Ini membuatku terkejut dan tak ingin mengatakan satu kata pun.

"A…yah..? kenapa?"

3. Aku adalah Garuda

"Ada sesuatu yang ingin kau ungkapkan?", berbicara tanpa beban. Tertawa bebas dalam hatinya. Kata-katanya menyayat otakku.
"….", terdiam membisu. Entah apa yang ingin kuucapkan lagi.
"Kenapa? Kau tidak senang dengan keselamatan Ayahmu ini?", tangannya terbuka. Kebingungan yang sangat pekat menyantap pikiranku.
"Maaf.. Kau bukan ayahku."
"Hei, nak. Kenapa meragukannya? Ayah memakai jubah ini untuk melindungi diri dari hal yang buruk."
"Oh… maksudnya menutupi bercak darah yang ada di kakimu?", Aku menegaskan dengan arah sorot mataku yang mengarah ke kakinya. "Dan.. yang di sana..-- !!!!"
"Bwaak!!!", sebuah pukulan mengenai kepalaku dan terpentallah diriku.
"Hehehehe… Anak yang konyol. Kau pun mengira yang terbaring tadi itu adalah ayahmu juga ya? Orang yang mengacuhkanmu tapi anehnya kau tetap mengejarnya. Bodoh!!!", ternyata ada satu pelaku lagi. Dia menyamar dengan memakai jas lab khas milik ayahku dengan gaya rambut yang sama.
"Di mana ayahku?!", Aku berdiri tanpa ampun.
"Nak, ini Ayahmu. Kau tidak percaya?"
"Bohong! Sejahat apa pun ayahku! Dia tidak pernah melakukan hal gila seperti ini!!!", Aku merasa teriris dengan kenyataan ini. Semua kejadian tadi. Ayahku yang melakukan? Jangan konyol!
"Kyehehehehhe!!! Kau tau? Ayahmu memang melakukan hal sekejam ini, hari ini, di tempat ini! Kau tak percaya?", Lalu dia menarik kerah jaketku dan mengangkatnya dengan satu tangan. "Kau pun akan mati di sini bersama mayat nggak berguna seperti mereka!", Pukulannya melesat dan…
..BccraaAATT!!!..
"Uwarrrgh!!!!!!!!!", ini mimpi kan? Aku meronta tanpa jeda. Pukulannya menembus perutku.
"KYEHEHEHEH!!! Matilah kau!", dengan puas tertawa dan melempar diriku. Kuliat dirinya sedikit berubah. Tangannya yang bermandi darahku telah berbentuk seperti cakar serigala. "Nah.. Sekarang Kau sudah melakukan tugasmu dengan baik. Berikan benda itu!"
Hah? Benda itu? Apa maksudnya?
"Maaf.. kau melakukan pelanggaran perjanjian kita. Sesuai perkiraan, kau pasti melanggarnya."
Perjanjian?
"Huh? Kyeheheh!!! Maaf, Aku rasa itu tidak pernah ada. Manusia bodoh tetaplah bodoh dan sekarang mau berlagak pintar?!", tubuhnya semakin membentuk sesuatu yang baru kulihat di kenyataan. Berlapis duri dan berkulit seperti binatang reptil.
"Kau bilang tak akan melukai keluargaku tetapi sekarang? Kau baru saja melukai anakku!", matanya melotot keras seperti binatang buas.
Anakku? Jadi.. kau benar ayahku? Lalu kenapa kau melakukan hal gila ini!!!
"Aku tak mungkin melakukan ini! Bila kalian tidak mengancamku dengan perbuatan kotor kalian itu!" matanya mengarah padaku dengan tatapan yang menyesal. "Nak, maafkan ayahmu ini.. Dan kenapa kau selalu melakukan hal bodoh! Kau memang anak yang paling setia.. tapi.."
Aku terdiam dan memalingkan muka darinya. Aku mulai mengerti sifatnya yang dingin selama ini.
..Duagh!!.. monster itu menerjang Ayahku. Badannya melayang tak henti menuju… …TIDAAAK!!! .. Kegelapan datang menjemput pikiranku. Amarah yang tak henti memutar menggoda hatiku. Aku benar-benar muak dengan ini semua!!!
"Kyehehehe!!!Hahahahah!!! Manusia tak berguna! Tak pantas menompang Indonesia di tangan kalian yang egois! Jadilah mayat dan biarkan kami kembali mendirikan Indonesia kembali!"
Apa? Mendirikan Indonesia? Apanya mendirikan Indonesia dengan pembataian! Ini jauh dari kemerdekaan! Ini penjajahan!!
"Hei, Nak! Sedih sekali kau meliat ayahmu mati. Ah.. tidak.. kau pasti puas kan? Meliat kematian ayahmu yang sudah melantarkanmu. Hah… dan lagi… Kau membawa benda itu bukan? Kyehehe!"
......

"Maaf.. Aku tak akan menyerahkan benda ini pada orang yang lebih bangsat dari orang-orang telah menjatuhkan nama Indonesia. Mau membangkitkan Indonesia? Jangan melawak deh.. Dan Aku tak takut.. Aku memiliki jati diri untuk memegang Pancasila. Oleh karena itu.. Aku adalah Garuda!"

..Wusssh... Tiupan udara mengelilingi diriku. entah apa yang telah terjadi.

..Wahai Ksatria Darah Garuda.. Kembalilah.. satukan jiwamu dengan kekuatan para leluhurmu.. lakukan kewajibanmu.. Jembatani Cahaya dan Kegelapan.. Pelindung Pancasila...

Tubuhku bergerak sendiri. Walau mataku samar-samar karena kekurangan oksigen dalam otakku, Aku dapat meliat benda bercahaya di depanku. Benda itu terbang, Dan... ..Bccraat!!!..

"Uwarrgh!" Benda itu menusuk masuk dalam perutku. dan.. tubuhku memanas.. aliran tenaga yang belum pernah kuketahui apalagi kurasakan sebelumnya... kuliat tanganku sedikit demi sedikit berubah? Hei!

"Apa?! Kau.. Ini kembali mengulang sejarah mimpi buruk!"

"... Khuh! Sudah lama kita tak bertemu wahai Pahlawan Kegelapan Bangsa.."
Apa-apaan ini?! Aku sedikit berbicara nglantur tanpa sebab. Sakitku hilang seketika.. tapi apa ini?

"Kau kembali pun tetap per..----"

...Slash!..slash!... kepingan kaca hidup yang pecah.. bertaburan merah merekah. Entah kekuatan dari mana, ini membuat diriku.. membelahnya tanpa rasa belas kasih?

Brrak..Brrak!Brrak! rentetan kaki berdetup kencang.. Aku masih termenung atas kejadian yang terjadi ini... Lukaku semakin hilang dengan tanpa logika. Tapi.. inilah masalah baru yang ingin kuulang hidupku.

"Berhenti! Kau sudah dikepung! Atas Undang-Undang Baru Tap. XX No. 34! Kau melakukan kriminal pembantaian massal terhadap badan kerja khusus negara!" Pasukan Neo Densus 88 bagaikan gerombolan semut itu menghantam suara kepadaku.

Apa yang harus kulakukan sekarang?
cerita awal mula Garuda jadi Ksatria Pancasila Garu.


dan lagi... Sy mau memperkenalkan beberapa hal..

di dalam cerita nanti juga memang mau disambung2ing sama OC lain.. dicampur bakal ada tokoh yang dari awal sudah dibuat original dari sy..


*SPOILER!!!* sy akan buat tokoh 5 ksatria PANDAWA di sini.. ada kesinambungan dengan masa lalunya..


dan sy bakal buat dengan versi sy pandawanya..



-----


motivasi mengerjakan ini karena nungggu Korcanger yang g kunjung datang.. -_-.. bagi yang sama2 menunggu.. sy harap ada yang mau menikmati ini....
© 2010 - 2024 Xceith
Comments0
Join the community to add your comment. Already a deviant? Log In